30 Agustus 2007

Bukan Mimpi Biasa

TAMPAK dalam foto, saya diapit Habibie (aslinya Habudi) dan Gus Pur (aslinya Drs. Alam Handoyo), dua tokoh dalam Republik Mimpi tayangan MetroTV. Gambar dijepret kamera digital oleh Citra Pandiangan (wartawati BatamNews), Ahad malam tanggal 18 Agustus 2007 di Executive Room Restoran Resto Kediri, Batam Kota, foto telah diolah ulang oleh Mus Mulyadi, layout POSMETRO dengan menambahkan background.

Memang, Bukan Mimpi Biasa...

Sungguh mengagetkan saya, dua orang mantan presiden tiba-tiba hadir di Kota Batam tanpa pengawalan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) maupun aparat lainnya. Eiit, jangan heran dulu. Sebab yang datang kali ini, bukanlah mantan petinggi di Republik Indonesia tetapi di Republik Mimpi, sebuah tayangan realityshow yang kerap tayang di layar stasiun televisi swasta nasional, MetroTV.









Gus Dur dan Habibie palsu bertamu memenuhi undangan panitia penggagas sebuah komunitas baru, bertempat di Executive Room Restoran Resto Kediri, Batamkota, Ahad (12/8) malam. Nyaris tak ada beda, polah dan logat Habibie yang memiliki nama asli Habudi, juga Gus Pur yang sebenarnya adalah Drs. Alam Handoyo itu.

"Orang kita itu males, itulah yang menjadi penghambat sukses. Takut mencoba hal yang baru, padahal seperti apa yang kita lakukan di Republik Mimpi, ada satu hal yang menunjukkan bahwa masyarakat kita itu pinter. Kata kuncinya adalah, berpikir besar tapi mulainya dari kecil, ya semisal dari tim work semacam ini," ujar Gus Pur.

Pria dengan latarbelakang PNS itu, memberi wejangan (nasehat, red) agar setiap orang menghindari rasa takut. "Orang takut setan itu masih wajar, tapi kita jangan takut akan hal yang kita sendiri tidak tahu. Kalau memang nggak tahu, kita bimbing sampai tahu. Tinggal, apakah mau atau tidak?" imbuhnya dengan gaya khas Gus Dur.

Lalu, Habibie menambahkan. "Kedepan perlu semua pihak menciptakan lapangan pekerjaan, ini memang mimpi yang harus kita wujudkan," imbuhnya dengan mata sesekali mendelik, berbeda dengan Gus Pur yang jemari tangan kanannya suka kletuk-kletuk meja dan duduk bersandar miring.

Dari temu ramah itu, tak lama lagi pihak MMBC (Master Mainset Billionare Community) dan PELC (Proactive Edutainment and Learning Centre) yang dipromotori oleh Hary Raharjo dan Dr. Djohan Gazali, akan mengadakan seminar, workshop dan konsultasi. "Kita ingin orang punya keberanian dalam pola pikir," tegas Djohan.

Setiap preview acara itu bakal dihadiri para tokoh di Republik Mimpi. "Kita tawarkan solusi dengan mencarikan teman, lewat curhat yang ditulis di kertas mereka akan saling kontak. Ketakutan pada dasarnya adalah kegagalan," kata Djohan yang juga abang kandung dari Efendi Gazali, penasehat kepresidenan di Republik Mimpi.





OB Saya Pegang Lagi





PADA kesempatan lain, Habibie palsu mengatakan. "Kita harus konsen lagi. Otorita Batam (OB) mau dibubarkan? ini harus menjadi pertimbangan. Inilah kalau saya nggak pegang lagi," ujarnya menjawab pertanyaan teman-teman di kantor saya, Senin (20/8) sore. "Kalau perlu, OB saya pegang lagi," celetuknya.

Pria yang kental disapa Habudi, gabungan dari nama Habibie dan nama lengkapnya sendiri, Budi Setiawan itu, bertandang ke kantor saya di Gedung Graha Pena lantai 3 Batamkota didampingi antara lain oleh Dr. Djohan Gazali (abang kandung Effendi Gazali) dan General Manager PELC Consultant, Nunung Nurhayati.

Sama halnya dengan Habibie, mantan Presiden Republik Indonesia. Habudi yang mantan Presiden Republik Mimpi itu juga memiliki komitmen dan pemikiran besar. "Misi saya supaya ini jadi Hi-Tech," kelakarnya dengan bola mata sesekali berputar binal disertai dengan gerakkan tangan.

Ditanya soal Batam, Habudi yang mengaku mantan Ketua OB tapi belum pernah ke Barelang itu langsung respek. "Oh, jalan-jalan saya lihat sudah bersih," ketusnya. Dari polah Habibie, diakui lelaki yang pernah dicap sebagai mahasiswa serba bisa itu, yang paling sulit ditiru adalah kepinterannya. "Sama, cuma saya lebih gemuk. Dulu setiap tujuhbelasan saya main drama, juga sering ikut teater. Nah, waktu jumpa pak Habibie, dia bilang kumisnya lebih bagus saya. Kan beliau lagi coba-coba pakai kumis. lalu, ketika saya sodorkan surat, dia bilang gini. Ini orang kalau main film dikira saya, dia langsung tanda tangan," imbuhnya.
Disinggung apakah judi di Batam bakal dibuka lagi, "Habibie" menyambut diplomatis. "Ini perlu kita bicarakan dulu, terutama dari segi micro econominya," ujarnya dengan dialek khas berbau Jerman ala Prof. DR. Ing. BJ. Habibie. Habudi dan rombongan kemudian pamit hendak meneruskan lawatannya.

Perlu diketahui, penampilan tokoh Republik Mimpi di Kepri, merupakan dukungan terhadap seminar yang ditaja PELC bekerjasama dengan Master Main-Set Bilionaire Community (MMBC), penggagas sebuah komunitas baru. Menurut Djohan, Batam adalah kota ke-2 yang menjadi sasaran pengembangan program itu setelah Bandung.

"BBB, Bandung Batam lalu Bali," terangnya. Lebih lanjut ditambahkan Nunung, seminar bertajuk Rahasia Multi Sukses seterusnya bakal diadakan, Sabtu (25/8) di Hotel Novotel menampilkan Jarwo Kuwat (JK), pekan berikutnya di Pluto 1 Room, Hotel Planet Holiday dan puncaknya, Sabtu (8/9) di Resto Kediri, Batamkota.

"Sebelum seminar puncak, setiap preview kita adakan secara gratis. Dimeriahkan dengan artis-artis mantan Presiden Republik Mimpi, antara lain Habudi (Habibie), Gus Pur (Gus Dur), Megakarti (Megawati), Si Butet Yogya (SBY) dan Suharta (Suharto) dengan inspiratornya, Effendi Gazali," jelas Nunung.

Nggak Bisa Sembarang Ngomong

MERDEKA..!! pekik semangat itu terlontar dari mulut Megakarti dibarengi dengan kepalan tangan kanan, saat mengawali dan menutup kata sambutan seminar di Ramin Room lantai 1 Hotel Novotel, Sabtu (25/8) sore. Megakarti, paduan nama Megawati dan Sukarti, nama asli wanita berpostur segar dengan tahi lalat hitam di bawah bibir itu.








Megakarti ngetren setelah kerap tampil pada acara Republik Mimpi yang ditampilkan MetroTV itu. Bila dalam tulisan saya sebelumnya mengupas sisi lain dari dua orang lelaki mantan Presiden di Republik Mimpi, Gus Pur dan Habudi. Nah, kali ini giliran pengakuan Megakarti, seorang tokoh wanita bekas orang nomor satu di negeri yang sama.




Bagaimana sih perasaan Sukarti (57 tahun) memerankan putri Bung Karno itu? "Bagi saya biasa saja, cuma jadi beban nggak bisa sembarangan ngomong," kata Sukarti saat dihampiri saya, petang itu. Ibu rumah tangga yang telah dikaruniai 3 orang anak sekaligus nenek dari 7 orang cucu itu, mengaku asli kelahiran Ngawi, Jawa Timur. "Yang pertama kali bilang kalau saya mirip Bu Mega, ya cucu saya yang waktu itu berumur 4 tahun," ujarnya.

Megakarti yang petang itu mengenakan stelan baju merah, identik dengan warna partainya Megawati Soekarno Putri, mengaku pernah suatu kali dipanggil langsung untuk menghadap bekas First Lady di Republik Indonesia itu. "Saya akhirnya dapat restu, mulai saat itu saya melakoni peran jadi Bu Megawati," ulas Sukarti didampingi suaminya, Sunar Sastradimejo (65) pensiunan pegawai Kantor Administrator Pelabuhan, Tanjungpriok.

Disinggung tentang Kepri, Batam, termasuk soal terbengkalainya proyek gedung Badan Intelijen Negara (BIN) di Batubesar yang pernah dikunjungi Megawati, kali ini Megakarti enggan mengomentarinya. "Wah saya cuma palsunya, bohong-bohongan, mimpi," elaknya tersenyum simpul. "Jangan kaget, Megakarti itu banyak. Makanya pernah saya nggak bisa datang, diaplus sama yang lain. Bedanya dengan Megakarti lain, tahi lalat saya ini asli," imbuhnya.

Selain kesibukan kegiatan Republik Mimpi, Sukarti mengaku pernah membintangi produk iklan dan sinetron, salah satunya berjudul Hati yang Ungu. "Waktu akting Republik Mimpi dengan tema Pilkada DKI, saya mesti hati-hati dan harus independen. Nggak pro sebelah pihak," lanjut Megakarti. "Ini pertama kalinya saya ke Batam, kesan dan pesannya ya ingin tahu, bagaimana keadaannya," tutupnya mengakhiri obrolan.(uka suara dinata)

Baca Selengkapnya...

15 Agustus 2007

Anggi si Calon Polwan

DARA kelahiran Batam 14 Oktober 1992 ini memiliki nama lengkap Anggita Putri Asmar, ia penghobi ngedengerin musik. Anggi, itu sapaan kental yang sering dilontarkan temen-temen dan orang dekatnya. Cita-cita Anggi boleh dibilang tak jauh beda dari karier yang tengah dijalani bapaknya, Ajun Inspektur Polisi tingkat II (Aipda) Weldy Asmar. "Saya ingin jadi Polwan," yakin Anggi menjawab pertanyaan saya, Selasa (14/8) malam.

Anggi yang ditemui di sela masa karantina di Hotel Golden View, Bengkong Laut, bersama tim marching band-nya yang bakal tampil dalam rangkaian peringatan HUT Kemerdekaan RI tahun ini, membeberkan berbagai hal yang membuatnya termotivasi ikut serta dalam mewarnai kemeriahan event kenegaraan itu. "Ya jelas bangga, sempat bersaing dengan empat orang mayoret dari sekolah berbeda," ungkap gadis yang mengaku memfavoritkan warna pink itu. Menjadi mayoret merupakan impiannya sendiri, juga dorongan dari sang mama semasa kecil dulu. "Tanggapan teman-teman, mereka macem tak percaya saya bisa terpilih," akunya.

Anggi yang kini masih mengenyam pendidikan di kelas 3 SMPN 6 Batam, dengan kelincahannya akan menjadi tumpuan penonton yang menyaksikan kebolehan tim marching band yang dikomandaninya, baik ketika upacara detik-detik proklamasi di Stadion Temenggung Abdul Jamal, Mukakuning maupun di tempat lainnya.
Bukan pekerjaan yang mudah, untuk bisa tampil prima dalam menyuguhkan berbagai atraksi tongkat sambil mengendalikan barisan tim marching band-nya agar tetap rapi, Anggi pun membutuhkan waktu lima sampai enam bulan menguasainya. "Kita harus kenal karakter tiap pemain, bisa diatur atau tidak," ulas Anggi.

Walau pertama kali jadi mayoret, tapi Anggi merasa tak kaget apalagi grogi. "Harapanku, semoga ada yang meneruskan dan lebih bagus dari saya," katanya seraya berkesempatan mengajak berpose bareng seorang Polwan yang kini menjabat Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian (Ka.SPK) Poltabes Barelang, Inspektur Polisi tingkat II (Ipda) Miharni Hanafi. "Saya mesti mengatur waktu belajar, sekolah jangan sampai terganggu," tuturnya. Sebelum menutup obrolan, Anggi sampaikan kesan dan pesan. "Kemerdekaan harus dirayakan semeriah mungkin, karena tanpa kemerdekaan tak bakal seperti sekarang. Saya tak akan jadi mayoret, juga tak ada marching band," imbuhnya.(uka suara dinata)

Baca Selengkapnya...