08 Maret 2008

yang Erotis yang Laris

ERA persaingan bisnis sekarang ini, membuat para pelaku usaha ada yang nekad banting stir. Mulai dari merintis usaha terang-terangan, kini beralih membuka "dagangan" remang remang. Lihat saja di balik gemerlap malam Batam, gadis-gadis belia belasan tahun dengan dandanan pakaian minim bermunculan di antara iringan dentuman musik enerjik, house music.

Polah dan tingkah mereka makin tak terkendali, sementara irama nada pun kian memekakkan telinga. Mereka menari erotik, berangkulan tanpa sungkan. Di atas pentas mini, berbagai model dan gaya berhubungan intim pun diperagakan layaknya pedagang di pasar menjajakan sayuran segar. "Zaman sudah edan, kalau nggak ngedan nggak keduman," celetuk seorang pria usai mengisap dalam-dalam sebatang kretek yang katanya rasa sabu-sabu itu.

Hanya celana dalam, baju you can see dan rok mini yang tersisa begitu intonasi terus berganti-ganti. Tak hanya lelaki yang bersorak-sorai kegirangan di tengah keremangan lampu diskotek, sejumlah cewek anak baru gede (ABG) juga ikut hanyut dalam tawa dan teriakan renyah. Suasana pecah, kemeriahan yang selalu dianggap murah oleh cluber's pendoyan hiburan malam.

Pamer aurat lalu berlanjut dengan aksi cewek-cewek panggung yang dengan keberaniannya mendatangi pengunjung, wow!. Tentu uang saweran yang menjadi sasaran, yah agar mendapatkan lembaran bernilai itu, mereka pun rela mengobral tubuhnya. Tak jarang, duit tips dimasukkan di balik celana dalam. Lantas, apa cukup sampai di situ? Oh tidak, kemolekan "kaum hawa" itu tak disia-siakan begitu saja.

Memang, tarian yang diperagakan oleh dara-dara berpakaian ala Tarzan seperti itu hampir setiap malam menjadi suguhan di sejumlah tempat hiburan malam di antero Kepulauan Riau. Tak hanya di Batam, pulau-pulau lain di sekitarnya juga dikabarkan menyediakan menu hot seperti itu. Sebut sajalah Negeri Berazam, Tanjung Balai Karimun. Juga Kota Gurindam, Tanjungpinang. Ah masak iya? Telusuri sajalah...

Sejumlah hotel yang di dalamnya terdapat kafe, pub maupun karaoke juga digosipkan memiliki stok gadis binal yang siap "dipakai". Biasanya, mereka distandbykan dalam satu ruangan kamar berkaca yang bisa diamati dari balik dinding cermin, orang Batam lebih mengenal dengan istilah Cewek Aquarium. Hmm, macam ikan Louhan saja yah?

Khusus tarian perangsang, sejenis striptease, disajikan ketika waktu bergeser dari malam ke pagi. Umumnya tengah malam tepat pukul 24.00 WIB menjadi magnet daya tarik luar biasa, apalagi di penghujung akhir pekan. Pengunjung membludak hingga begitu banyak yang tak kebagian tempat duduk, sebab, sajian dancer yang meliuk-liuk plus merangsang dipastikan memicu keramaian itu.

Pagelaran Dancing Show bisa tiga kali digebrak dalam sepekan, masing-masing diskotek saling bersaing ketat dalam menampilkan para penari erotis yang sok pasti bakal menggoyang habis!. Sekali tampil, kadangkala bisa lima grup dancer berbeda yang sengaja di datangkan dari luar kota. Kalau tamu members kurang puas, bisa ditambah servis pertunjukkan striptease. Sst.. yang ini baru digelar di VIP room boss!

Untuk memanggil kelompok penari telanjang di panggung terbuka, dengar-dengar cukup mudah dan murah. Juragan tempat hiburan cukup dihubungi oleh agen nakal atau germo yang menawarkan anak asuhnya untuk bermain di lokasi itu. Ada lusinan gadis yang berprofesi sebagai penari telanjang, busyeeet!. Ampun DJ. Hebohnya lagi, konon "ayam-ayam bersepatu" itu sebagian bisa gratis. Kok bisa?

Adakalanya pengelola jasa hiburan cukup menyediakan minuman dan sedikit uang transportasi pulang-pergi buat naik taksi saja. Pasalnya, inkam penari itu cuma tergantung pada besar kecilnya penghasilan dari saweran para tamu. Ada lagi yang lebih "gila" karena bisa bikin tamu tidak nombok banyak, ini kalau pas jumpa cewek yang doyan "geleng-geleng". Nah, tinggal cekokin saja pakai narkoba, urusan dijamin beres boss.

Beda dengan penari kelas executive, dia punya batasan peraturan. Tidak boleh seenak wudele dewek (semaunya sendiri), karena dia tidak diperkenankan mendatangi tamu buat minta saweran secara leluasa, mereka sudah dikontrak bayaran oleh pengelola hiburan. Dari bisik-bisik beberapa manajer, katanya daripada mengundang artis tenar mendingan menghadirkan penari sensual seperti itu. Magnetnya lebih terasa, haa ha ha...

Untungnya pameran swimsuit show (pertunjukan bikini) jarang diagendakan di Batam, kalau tidak bisa surut pengunjung pesisir laut. Soalnya, sudah bukan barang aneh, kalau perhelatan itu dipajangkan, bukan tidak mungkin atraksi diakhiri dengan telanjang tanpa sehelai benang. Sejarah telah menorehkan bukti, pada masa judi menjadi raja bisnis di Batam, peredaran cewek-cewek erotis bak permen, gampang dicari.

Tidak hanya diskotek saja, aneka usaha lain pun disulap menjadi sarang esek-esek, mulai dari panti pijat sampai kedai kopi. Bahkan, tubuh-tubuh seksi itu dilego jadi barang taruhan oleh segelintir penghobi balap liar yang kerap mewarnai beberapa ruas jalan umum di malam minggu. Yang erotis kini merambah masuk arena billiar serta mall. Tuh kan, Batam makmur tapi makin banjir pelacur. Eiit, jangan tegang..!

Cuci Mesin sampai Nguber Kancing...

PEKERJA Seks Komersial (PSK) yang kerap malang-melintang di negeri tetangga, seperti Singapura misalnya, kebanyakan memilih Kepulauan Riau khususnya Batam, Tanjungpinang dan Tanjung Balai Karimun sebagai tempat transit atau sekedar rekreasi. Sampai-sampai ada istilah "cuci mesin" dan "nguber kancing" bila mereka sudah balik ke Bumi Segantang Lada ini. Memang kedengarannya macam kendaraan masuk bengkel sehabis menempuh perjalanan jauh dan berliku.

Di kalangan para pramunikmat itu, sebulan sekali atau dua minggu sekali balik ke Batam atau wilayah terdekat lainnya merupakan tujuan sampingan, bisa sebagai refresing maupun penyegaran otak, mengurangi penat kerja sampai pada mencari kepuasan belaka. Pasalnya, ketika berada di seberang (Singapura, Malaysia atau negara tetangga lainnya) mereka cenderung menghabiskan waktu untuk meraup uang, uang dan uang sebanyak-banyaknya.

Tak heran, sangkin seringnya keluar-masuk antar negara, umumnya para PSK punya jurus jitu agar bisa selalu lolos sensor di setiap pintu kedatangan dan keberangkatan pelabuhan. Kalau perlu, tak jarang mereka tanpa canggung berusaha menggaet oknum petugas yang penting lancar perjalanannya. Ngomongin soal servis, cewek-cewek yang sudah "jadi" biasanya lebih tahu. Tak cuma duit pelicin saja, bahkan layanan plus-plus kadang ditawarkannya. Selain "titipan" (uang jatah) ada juga isu hot lainnya yang pernah mencuat, bahwa mereka juga bisa diajak karaoke dan cek-in hotel oleh si oknum, atau istilah ngetrennya "bisa dibawa".

"Ada yang jadi simpanan oknum aparat, tujuannya ya biar segala urusan pun menjadi mudah. Bikin paspor tak sulit, lolos Perdaduk sampai urusan runyam lainnya bisa jadi gampang," beber Garda (25, nama samaran), lelaki yang mengaku punya profesi ganda, jadi sopir taksi dan biro jasa tenaga kerja bayangan dan selalu mangkal di Pelabuhan Ferry International Batamcentre.

Sisi lainnya, sebagian PSK juga ada yang gemar mengoleksi "Bronces", sebutan buat para gigolo muda. Selera setiap PSK jelas beda, ada yang suka Bronces Kacangan, atau kelas teri yang tanpa modal apapun dengan penampilan alakadarnya. Ada juga Bronces Gaul yang tingkah polahnya senantiasa mengikuti tren mode, beranting-anting, tatoo sampai rambut dicat dengan potongan gaya baru. Nah, yang belakangan muncul, dunia Bronces mem-Bronces bahkan sudah menyelinap sampai pada kalangan remaja pria ABG dari warga keturunan dan oknum aparat, tentu mereka lebih suka memilih oknum yang baru menapaki menempati tugas kedinasannya di kota ini, artinya tenaganya dijamin masih fit dan fresh, juga kepolosannya tak diragukan.

"Asyik aja sih, kalau dengan mereka (oknum aparat muda) kan bisa leluasa bepergian. Masuk diskotek bisa gratis, keluar masuk pelabuhan aman, jalan-jalan pun tak takut penjahat," aku Siska (22), seorang PSK asal Jawa Barat yang telah setahun menempati rumah kos di sebuah ruko di bilangan Pelita. Komentar lain dilontarkan Tuti (18), wanita dengan paras ayu dan lesung pipi itu tak menampik hobi barunya "mempermainkan" para Bronces.

"Kalau aku sih Happy aja, bosen ama yang itu kan masih banyak cari lainnya. Siapa sih yang nolak kalau digratisin ama gue," celetuknya genit, saat ditemui di sebuah Pujasera kemarin malam. PSK itu tak kuatir Broncesnya terlalu bertingkah, sebab, dialah yang pegang kendali keuangannya. Maka tak heran, jika Broncesnya sok ngatur atau urakan susah dipegang janjinya, PSK itu bisa main "pecat" dan mudahnya berpaling ke Bronces yang lain.

Kenapa sebagian PSK menggandrungi kebiasaan memelihara Bronces? Beberapa teman malam pernah membeberkannya, katanya, hubungan Bronces dan PSK tak ubahnya Bengkel dan Kendaraan, suatu saat selalu membutuhkan. Lalu, kenapa mereka kemudian melengkapi pergaulannya dengan "kancing" (sebutan untuk Pil Narkoba)? Ada seorang PSK mengaku, tanpa pil perangsang, obat kuat atau serbuk yang bikin mereka "terbang" dengan kepala acapkali geleng-geleng, maka suasana happy masih terasa kurang nyaman.

"Enjoy aja boss, penting duitnya gampang. Biar saja dia cari tamu sebanyak-banyaknya, asalkan kebutuhanku mulus. Eeh, aku pun punya pacar sendiri juga lho, gini-gini kan pria punya selera juga, he..he," ujar Dicky (23, bukan nama sebenarnya), pria yang mengaku terjerumus jadi Bronces karena dua faktor, nafsu dan harta. Berbeda dengan Dicky, seorang sobat yang kini bekerja di sebuah kedai kopi di Nagoya, malah ngaku kapok. "Wah, kalau saya tak mau lagi lah. Cari penyakit saja, jelas-jelas mereka (PSK) itu semua bisa masuk. Hii ngeri dach, nanti kita pula yang ketularan virusnya," yakinnya mewanti-wanti supaya remaja lainnya jangan sampai terjerumus.

Kenapa disebut bengkel? Yah, karena bagi PSK para Broncesnya bisa dipakai buat mencuci mesin yang selama ia berada di negeri seberang kerap beroperasi siang maupun malam untuk memuaskan nafsu birahi tamunya. Alasan lain mengapa PSK justru berintim dengan Bronces, sebab jika sang pacar atau kekasih resmi, dinilai terlalu banyak tuntutan dan rawan dicemburui. Tak heran, para PSK selama di rantau mengumpulkan duit, di sini mereka malah membuang duit untuk berfoya-foya bersama Bronces gacoannya.

Jika di perantauan PSK lah yang mencuci mesin tamunya sampai ke kolong-kolongnya agar dapat tips atau fee mantap, sebaliknya di sini Broncesnya lah yang gantian mencuci kamar mesinnya, kalau perlu pakai "Hit" biar selalu tampak mengkilap. Nah, urusan "kancing" giliran si Bronces yang kadang kerepotan mencarikannya. Makanya, PSK lebih senang berhubungan dengan Bronces yang panjang langkahnya dan punya segudang relasi dalam dunia gemerlap (Dugem). Jadi, sewaktu sang PSK tersebut memerlukan dukungan "obat setan" itu, dengan mudah didapatkan. Dugem tak cuma dinikmati kaum normal, sebagian wanita pria (waria) atau lebih dikenal bencong pun tak mau melewatkannya.

Tengoklah di sepanjang jalan Batuampar depan PT. Persero, deretan bencong berpose menggoda selalu nampang hampir setiap malam. Di kawasan lainnya juga masih ada wajah-wajah berlapis bedak tebal itu, misalnya di depan ruko-ruko sebelum terowongan dari arah Seipanas, di Sagulung, dan beberapa tempat strategis lainnya. Bencong pun gemar ngeloyor ke diskotek, lekak-lekuk pinggulnya bisa membuat terkecoh pria mabuk.

Hura-hura pun berlanjut ke tempat-tempat hiburan malam lainnya, mulai dari karaoke, kafe-kafe, pub sampai ke diskotek lalu finish di penginapan maupun hotel berbintang.
Sebagian PSK lainnya, malah hobby shoping ke mall-mall. Menggandeng Bronces dianggap suatu kebanggaan tersendiri, apalagi Broncesnya ganteng, wah bisa rajin jalan melulu alias pamer men!

Bronces adakalanya punya beban tugas khusus, misal mengurusi kelancaran perjalanan si PSK, dari menyiapkan tiket dan mencarikan tamu tertentu selama di negeri sendiri. Dan Bronces umumnya tahu diri, ketika PSKnya sedag meladeni tamu, ia setia menunggu sambil menghabiskan waktu dan sebekal pesangon yang dikantongi dari PSK, setidaknya dugem sendiri dulu lah...(uka suara dinata)

Baca Selengkapnya...

Garap Grup Band Polisi

USIA yang relatif muda tidak menjadikan Muhammad Agung Permana minder. Lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang tahun 2007 itu, optimis karena pada umurnya sekarang, 22 tahun, ia sudah menjadi pemimpin.

"Paling tidak bisa membuat ortu senang, menjadi Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian (Ka.SPK) saya juga bangga dapat melayani masyarakat dengan segala problem pengaduan. Apalagi, bila perkara yang dihadapi bisa diatasi dengan baik," ulas Agung, sapaan kental bagi lajang kelahiran Rangkas Bitung 22 Juli 1986 yang doyan makan bakso itu.

Pria yang mengaku masih menjomblo alias belum punya doi ini, belakangan tengah sibuk menggarap sebuah grup band yang semua personilnya polisi. "Saya merekrut dari anggota Samapta Poltabes Barelang, grup bandnya belum ada nama, maklum baru dibentuk. Fasilitas sudah ada, tinggal latihannya saja," beber penghobi tenis meja dan tenis lapangan yang lagi menekuni latihan golf itu.

"Ide membuat band, memang dari basic saya suka musik, dari dulu sebelum masuk polisi. Saya ingin tunjukkan kepada masyarakat, bahwa polisi bisa berkreasi dan tidak keras seperti anggapan sebagian orang," lanjut Inspektur Polisi tingkat Dua (Ipda) Agung saat ditemui saya, Jumat (7/3) pukul 03.15 WIB dini hari.

Tak lupa, pemilik zodiak Cancer yang memfavoritkan warna hitam putih itu mengisahkan sepenggal perjalanannya. Dari Banten, Jawa Barat, Agung kemudian dibesarkan orangtua di Lampung. "Mulai sekolah SD, SMP sampai akhirnya tamat SMUN 9 Bandar Lampung, barulah saya mengikuti pendidikan taruna kepolisian," aku putra sulung pasangan Yahya Sukri SH dan J. Nurbaiti, keduanya PNS di DPU dan Polda Lampung.

Agung mempunyai seorang adik perempuan, Raisya Mirandia yang masih duduk di kelas 3 SMP. Diantara sebelas orang Alumni Akpol seangkatannya yang mendapat penempatan tugas pertama ke wilayah hukum Polda Kepri, Agung satu-satunya perwira pertama (Pama) Polri yang berdinas di Poltabes Barelang. Sisanya, tersebar memperkuat jajaran Polresta dan Polres-polres.

"Kesan pertama kali, saya melihat Batam ini panas dan gersang. Tapi, makanannya enak-enak, juga tempat hiburan rame. Secara polisi, saya justru merasa tertantang adrenalin untuk benar-benar mengabdi pada negara. Meski saya sebagai bagian terkecil, namun merasa tertantang dengan seabrek kasus. Insya Allah, dalam usia muda ini saya bisa mengemban tugas demi almamater," ungkapnya.(uka suara dinata)

Baca Selengkapnya...