05 Desember 2007

Ikuti Jejak Sang Bapak

CITA-CITAnya ingin jadi dokter malah kandas. Setelah melewati usia muda, Inspektur Polisi tingkat Satu (Iptu) Iwan Sebastian cenderung diprogram oleh orangtuanya untuk mengikuti jejak sang bapak yang mantan kapten kapal tanker Pertamina itu.

Pria kelahiran Semarang 21 Agustus 1980 yang memfavoritkan warna biru dan putih itu, lalu lebih mendalami jiwa pelaut dengan menamatkan kuliah di Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran (BPLP) di Kota Atlas itu, tahun 2003 silam. Setahun kemudian, lelaki berzodiak Leo dengan postur ideal itu sukses merampungkan pendidikan Sekolah Perwira (Sepa) Polri dan bergabung dalam jajaran Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara (Ditpolairud) Mabes Polri. Selepas itu, selama kurang lebih sebelas bulan, ia pun ditugaskan memperkuat personil kapal polisi yang berpatroli di wilayah Papua, Ambon dan Sulawesi Utara. Sederet gemblengan latihan dari instruktur Amerika Serikat, telah menambah pengalamannya. Sebut saja mulai dari Basic Criminal Investigation di Jakarta, Baker Iron di AS, sampai Jitf-West yang merupakan bagian dari Angkatan Laut AS bergerak di bidang pasukan khusus.

Iwan yang dibesarkan di Kota Lumpia itu, bareng beberapa rekan se-korpsnya kini membawa misi menularkan ilmu yang antara lain pernah ditimbanya dari pelatihan selama tiga pekan di pabrikan Save Boat di Bitung. "Saya bangga menjadi bagian Polri yang bergabung dengan USA. Melatih mulai dari Bitung, Babel, Kepri dan selanjutnya ke Tarakan dan Nunukan. Di situlah saya merasakan, betapa kaya wilayah Indonesia," tuturnya kepada saya di sela melatih awak Satuan Kapal Khusus, Special Boat Unit (SBU) Ditpolairud Polda Kepri, di perairan Batuampar, belum lama ini.

Kenangan pahit pernah dialaminya, ketika ketegangan menyapa perairan laut Yos Sudarso dan Arafuru. Tiga hari tiga malam, Iwan yang sedang melaksanakan tugas patroli diterpa gulungan ombak besar, di ombang-ambing gelombang dengan bekal perut seadanya. "Tiga hari makan roti dan mie bungkus mentah, tapi itu menyenangkan," kata putra ke 3 dari 4 bersaudara buah hati pasangan Imam Sukarlan dan Hj. Ratnasari Siregar itu.

Baru empat bulan, Iwan mempersunting Puspita Hastuti, wanita manis Sarjana Psikologi. Namun, karena panggilan dinaslah memaksanya rela meninggalkan si jantung hati yang pernah dipacari usai perkenalan pertama di Kemayoran itu. "Pertama kenalan ya pas pulang kerja, saya masih pakaian dinas waktu itu. Memang, perasaan kangen kadang ada. Tapi malah menjadi tantangan berarti untuk memberi pengertian kepada istri, tak cuma pada siswa saja. Bisa kita telaah, dalam darma bakti kita selalu ditunggu oleh masyarakat," ulas Iwan.(uka suara dinata)

1 komentar:

Saktiyanti namaku.. mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.